HSI 05 – Kajian 51 sd 55

HSI 05. 3 halaqoh 51

MĪZĀN (TIMBANGAN) DAN PENIMBANGAN AMAL (BAGIAN 2)

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Amalan yang paling berat di dalam timbangan pada hari kiamat adalah dua kalimat syahādah.

Dari ‘Abdullāh Ibnu ‘Amr Ibnul ‘Āsh Radhiyallāhu ‘anhumā, beliau berkata: Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allāh akan memilih seseorang dari umatku di hadapan makhluk-makhluk yang lain pada hari kiamat, maka dibukalah di hadapannya 99 sijjīl.”

⇒ Makna “sijjīl” adalah kitab besar dan maksud Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah kitab yang berisi dosa-dosa hamba tersebut.

Kemudian Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

“Setiap sijjīl besarnya sejauh mata memandang.”

Kemudian Allāh bertanya kepada hamba tersebut:

“Apakah ada di antara isi kitab tersebut yang engkau ingkari? Apakah para malaikat penulis telah menzhalimimu?”

Hamba tersebut menjawab:

“Tidak, wahai Rabb-ku.”

Allāh bertanya:

“Apakah kamu memiliki alasan?”

Dia kembali menjawab:

“Tidak, wahai Rabb-ku.”

Maka Allāh pun berkata:

“Sesungguhnya engkau memiliki hasanah di sisi Kami dan sesungguhnya engkau tidak akan dizhalimi pada hari ini.”

Maka dikeluarkanlah sebuah kartu yang bertuliskan “asyhaduallā ilāha illallāh wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasūluh”.

Allāh pun berkata:

“Lihatlah timbanganmu.”

Hamba tersebut mengatakan:

“Wahai Rabb-ku, apa arti sebuah kartu ini dibandingkan dengan sijjīl yang begitu banyak?”

Maka Allāh berkata:

“Sesungguhnya engkau tidak akan dizhalimi.”

Diletakkanlah sijjīl yang banyak tersebut di satu piringan timbangan dan diletakkan kartu di satu piringan timbangan yang lain.

Maka ringanlah sijjīl yang banyak dan beratlah kartu tersebut.

Kemudian Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

“Tidak ada sesuatu yang mengalahkan beratnya nama Allāh”.

(Hadits Shahīh Riwayat Tirmidzi dan Ibnu Mājah)

◆ Di antara amalan yang sangat memberatkan timbangan pada hari kiamat adalah akhlak yang baik.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:

“Tidak ada sesuatu yang lebih berat di dalam timbangan dari pada akhlak yang baik.”

(Hadits Shahih Riwayat Abū Dāwūd dan Tirmidzi)

Di antara akhlak yang baik adalah:

⑴ Menyambung orang yang memutus kita.

⑵ Memberi kepada orang yang tidak mau memberi kepada kita.

⑶ Memaafkan orang yang menzhalimi kita.

◆ Di antara amalan yang berat adalah ucapan “Subhānallāhi wa bihamdih, subhānallāhil ‘azhīm”.

⇒ Sebagaimana di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhāri dan Muslim.

◆ Di antara amalan yang memenuhi timbangan adalah ucapan “Alhamdulillāh”.

⇒ Sebagaimana di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Oleh karena itu, hendaknya seorang Muslim senantiasa:

⑴ Memperbaiki dua kalimat syahadat yang dia ucapkan.

⑵ Berusaha untuk memahami maknanya dan mengamalkan isinya.

⑶ Istiqamah di atas keduanya sampai meninggal dunia.

Di samping itu hendaknya dia,

⑷ Memperbaiki ibadahnya kepada Allāh dan akhlaknya kepada manusia.

⇒ Melakukan itu semua karena Allāh dan untuk memperberat timbangannya di hari kiamat.

✓Orang yang berbahagia adalah orang yang lebih berat timbangan kebaikannya dari pada kejelekannya.

✓Dan orang yang celaka adalah orang yang lebih ringan timbangan kebaikannya dari pada kejelekannya.

⇒ Sebagaimana disebutkan oleh Allāh di dalam Surat Al Qāri’ah.

◆ Orang kafir tidak memiliki sesuatu yang memberatkan timbangan mereka karena amalan mereka batal dengan kesyirikan dan kekufuran.

(Lihat Surat Al Kahfi: 103-106)

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:

“Sesungguhnya akan datang seseorang yang besar lagi gemuk pada hari kiamat akan tetapi beratnya di sisi Allāh tidak lebih dari berat satu sayap dari seekor nyamuk.”

(HR Bukhāri dan Muslim)

⇒ Dalil-dalil di atas menunjukkan bahwasanya ada tiga perkara yang akan ditimbang pada hari kiamat.

⑴ Amalan

⑵ Orang yang mengamalkan

⑶ Kitab catatan amalan

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

‘Abdullāh Roy
Di kota Al Madīnah

HSI 05 – Kajian 52 – telaga Rasulullah

TELAGA RASŪLULLĀH SHALLALLĀHU ‘ALAYHI WA SALLAM

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Halaqah yang ke-52 dari Silsilah Beriman kepada hari akhir adalah tentang ” Telaga Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam”.

Di antara beriman kepada Hari Akhir adalah beriman tentang adanya telaga Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pada Hari Kiamat.

Hadits-hadits yang datang dalam masalah ini mencapai derajat mutawatir, diantaranya adalah sabda beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوْضًا وَإِنَّهُمْ يَتَبَاهَوْنَ أَيُّهُمْ أَكْثَرُ وَارِدَةً وَإِنِّي أَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ وَارِدَةً

“Sesungguhnya setiap Nabi memiliki telaga. Sesungguhnya mereka akan saling berbangga siapa yang diantara mereka yang telaganya paling banyak didatangi. Dan aku berharap akulah yang telaganya akan paling banyak didatangi.”

( Hadits shahih riwayat Tirmidzi )

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam juga bersabda:

حَوْضِي مَسِيرَةُ شَهْرٍ مَاؤُهُ أَبْيَضُ مِنْ اللَّبَنِ وَرِيحُهُ أَطْيَبُ مِنْ الْمِسْكِ وَكِيزَانُهُ كَنُجُومِ السَّمَاءِ مَنْ شَرِبَ مِنْهَا فَلَا يَظْمَأُ أَبَدًا

“Telagaku sepanjang satu bulan perjalanan, airnya lebih putih daripada susu dan baunya lebih wangi daripada minyak kasturi dan qizannya ( yaitu sejenis teko ) sebanyak bintang di langit. Barangsiapa yang meminum darinya maka dia tidak akan haus selama-lamanya.”

( HR Bukhāri dan Muslim )

Sebagian ulama mengatakan bahwasanya seandainya dia masuk ke dalam neraka setelah itu karena dosa yang dia lakukan maka dia tidak akan diadzab dengan rasa haus.

Umat beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam akan mendatangi telaga beliau dan meminum darinya.

Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan yang artinya:

“Dan aku akan menolak manusia dari telagaku sebagaimana seseorang menolak onta orang lain dari telaganya.”

Maka para sahabat bertanya kepada beliau:

“Wahai Rasūlullāh, apakah engkau mengenal kami pada hari tersebut ?”

Beliau menjawab:

“Ya, kalian mempunyai tanda yang tidak dimiliki umat-umat yang lain. Kalian akan mendatangi telagaku dalam keadaan putih wajah, tangan dan kaki kalian dari bekas berwudhu.”

( HR Muslim )

Orang yang beriman ketika Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam masih hidup kemudian dia murtad sepeninggal beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam maka akan dijauhkan dari telaga beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Di dalam sebuah hadits, beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan yang artinya:

“Aku akan mendahului kalian di atas telaga dan akan dinampakkan beberapa orang di antara kalian kemudian tiba-tiba dijauhkan dariku.

Aku pun bertanya:

‘Wahai Robbku, bukankah mereka adalah para sahabatku?’

Maka dikatakan kepada beliau, ‘Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka lakukan setelah dirimu’.”

( HR Bukhāri dan Muslim dari Abdullāh Bin Mas’ud radhiyallāhu ‘anhu)

Di dalam hadits yang lain dikatakan kepada beliau:

“Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka rubah setelahmu.”

( HR Bukhāri dan Muslim )

Sebagian ulama mengatakan bahwasanya membuat bid’ah di dalam agama termasuk merubah yang dimaksud dalam hadits ini.

Dikhawatirkan dia tidak bisa meminum dari telaga Nabi shallAllãhu ‘alaihi wasallam.

Namun bukan berarti apabila dia masuk ke dalam neraka, dia kekal di dalamnya. Karena yang kekal di dalam neraka hanyalah orang-orang kafir.

Dua hadits terakhir menunjukkan bahwasanya setelah meninggal dunia, beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak mengetahui apa yang dilakukan umatnya.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjadikan kita termasuk orang-orang yang bisa meminum dari telaga Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pada hari di mana kita sangat membutuhkannya.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini, dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

‘Abdullāh Roy
Di kota Al Madīnah

HSI 05 – Kajian 53 – beberapa kejadian di padang mahsyar 1

BEBERAPA KEJADIAN DI PADANG MAHSYAR (BAGIAN 1)

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Halaqah yang ke-53 dari Silsilah ‘Ilmiyah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang “Beberapa Kejadian Di Padang Mahsyar (Bagian 1)”.

Di antara kejadian di Padang Mahsyar adalah percekcokan antara para pembesar orang-orang kafir dan para pengikutnya.

Allāh menyebutkan di dalam Surat Sabā’ ayat 31-33 bahwasanya orang-orang kafir akan dihadapkan kepada Allāh.

Berkatalah orang-orang yang dianggap lemah kepada pembesar-pembesar mereka:

“Kalau bukan karena kalian tentulah kami dahulu menjadi orang-orang yang beriman.”

Pembesar-pembesar tersebut membantah dan mengatakan:

“Apakah kami yang telah menghalangi kalian dari petunjuk, sesudah petunjuk itu datang kepada kalian? Tidak! Sebenarnya kalian sendirilah orang-orang yang berdosa.”

⇒ Maksudnya kalian sendirilah yang menginginkan kesesatan dan kami hanya mengajak.

Orang-orang yang dianggap lemah balik membantah dan mengatakan:

“Tidak! Sebenarnya tipu daya kalian malam dan siang itulah yang menghalangi kami, ketika kalian menyuruh kami untuk kafir kepada Allāh dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya.”

(QS Saba: 31-32)

Akhirnya semuanya menyesal tatkala melihat adzab.

Demikianlah keadaan para pembesar dan tokoh masyarakat yang mengajak kepada kesyirikan dan menghalangi manusia dari tauhid.

Mereka berlepas diri dari para pengikut mereka dan tidak bisa menolong mereka sedikitpun.

Para pengikut akan celaka sebagaimana para tokoh tersebut dan para pembesar juga celaka.

Oleh karena itu seorang Muslim hendaknya menyelamatkan dirinya dari neraka.

Jadilah tokoh masyarakat yang mengajak kepada tauhid.

Dan apabila dia orang yang lemah maka janganlah dia mengikuti kemauan para pembesar maupun orang banyak, apabila dia menghalangi manusia dari tauhid dan mengajak kepada kesyirikan.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan hidayah kepada kita dan juga mereka,

Menghilangkan rasa cinta dunia yang berlebihan dalam diri kita,

Dan menghilangkan kesombongan dari dalam kita,

Dan menjadikan rasa takut kita hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Dan di antara kejadian di Padang Mahsyar bahwasanya Allāh akan bertanya kepada orang-orang musyrikin tentang sesembahan selain Allāh yang mereka sembah di dunia, dimanakah mereka pada hari tersebut.

Dan Allāh akan bertanya kepada mereka tentang bagaimana sikap mereka terhadap ajakan para Rasul ‘Alaihissalam.

Di dalam Surat Al-Qashash ayat 62-66, Allāh akan memanggil orang-orang musyrikin dan menghina mereka dengan bertanya:

“Di manakah sekutu-sekutuKu yang dulu kalian sangka mereka adalah sekutu-sekutuKu?”

Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan berkata kepada orang-orang musyrikin:

“Berdoalah kalian kepada sekutu-sekutu kalian!”

Maka merekapun berdoa kepada sesembahan-sesembahan mereka di dunia, meminta pertolongan kepada mereka dalam keadaan genting tersebut sebagaimana mereka dahulu meminta di dunia.

Maka sesembahan-sesembahan tersebut tidak bisa berbuat apapun dan tidak menjawab seruan mereka.

Barulah mereka mengetahui bahwasanya sesembahan-sesembahan tersebut tidak bisa menolong mereka sedikitpun.

Allāh juga akan bertanya kepada mereka:

“Apakah jawaban kalian terhadap ajakan para Rasul?
Yaitu apakah kalian membenarkan mereka dan mengikuti ajakan mereka untuk bertauhid?”

Demikianlah keadaan orang-orang musyrikin sesembahan-sesembahan mereka di dunia;

• Tidak bisa mengabulkan do’a mereka ketika sangat dibutuhkan.

• Tidak bisa menolong mereka di hadapan Allāh, bahkan mereka berlepas diri.

Allāh berfirman:

وَمَنۡ أَضَلُّ مِمَّن يَدۡعُواْ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَن لَّا يَسۡتَجِيبُ لَهُ ۥۤ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡقِيَـٰمَةِ وَهُمۡ عَن دُعَآٮِٕهِمۡ غَـٰفِلُونَ (٥)وَإِذَا حُشِرَ ٱلنَّاسُ كَانُواْ لَهُمۡ أَعۡدَآءً۬ وَكَانُواْ بِعِبَادَتِہِمۡ كَـٰفِرِينَ (٦) وَ

“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang yang berdo’a kepada selain Allāh yang tidak bisa mengabulkan sampai hari kiamat?

Dan mereka lalai dari doa orang yang berdo’a kepada mereka.

Dan apabila manusia dikumpulkan, mereka akan menjadi musuh bagi orang-orang yang menyembah mereka.

Dan mereka akan mengingkari ibadah yang dilakukan orang-orang musyrikin terhadap mereka.”

(QS Al Ahqāf: 5-6)

Adapun orang yang bertauhid, maka Allāh akan menolong mereka di dunia maupun di akhirat.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

‘Abdullāh Roy
Di kota Al Madīnah

HSI 05 – Kajian 54 – Beberapa Kejadian Di Padang Mahsyar 2

BEBERAPA KEJADIAN DI PADANG MAHSYAR (BAGIAN 2)

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Halaqah yang ke-54 dari Silsilah ‘Ilmiyah Beriman Kepada Hari Akhir adalah tentang “Beberapa Kejadian Di Padang Mahsyar (Bagian 2)”.

Di antara kejadian di Padang Mashyar bahwasanya Allāh akan bertanya kepada Malaikat dan Nabi ‘Īsā ‘alayhissalām.

Allāh menyebutkan di dalam Surat Sabā ayat 40-42 bahwasanya di Padang Mahsyar, Allāh akan bertanya kepada para Malaikat yang disembah oleh sebagian manusia sebagai penghinaan kepada orang-orang musyrikin yang dahulu menyembah mereka:

“Apakah mereka ini dahulu menyembah kalian?”.

Para malaikat menjawab:

“Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami bukan mereka. Akan tetapi sebenarnya mereka dahulu telah menyembah jin, kebanyakan mereka beriman kepada jin tersebut.”

⇒ Maksudnya bahwasanya orang-orang musyrikin ketika menyembah selain Allāh baik orang yang shalih, benda mati dan yang lain-lain maka pada hakekatnya mereka menyembah jin karena yang menyuruh mereka untuk menyekutukan Allāh adalah jin.

Apabila mereka menaati berarti mereka telah menyembah jin tersebut.

Para malaikat pun tidak berkuasa untuk memberikan manfaat dan tidak pula mudharat kepada orang-orang yang telah menyembah mereka.
Para penyembah malaikat itu pun akan diadzab oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Di dalam Surat Al Māidah ayat 116-117 Allāh menyebutkan bahwasanya Allāh akan bertanya kepada Nabi ‘Īsā ‘alayhissalām, sebagai penghinaan dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla terhadap orang-orang Nashrani, yang menjadikan beliau dan ibu beliau sebagai Tuhan.

“Wahai ‘Īsā putra Maryam, apakah engkau dahulu pernah mengatakan kepada manusia:

‘Jadikanlah aku dan ibuku dua Tuhan selain Allāh?’

‘Īsā menjawab:

“Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku untuk mengatakannya.

Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau mengetahuinya.

Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diriMu.

Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghāib.
Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku untuk mengatakannya, yaitu:

‘Sembahlah Allāh Rabbku dan Rabb kalian.’

Dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku hidup bersama mereka.

Maka setelah Engkau wafatkan atau angkat aku, Engkau lah yang mengawasi mereka.

Dan Engkau Maha Menyaksikan segala sesuatu.”

Demikianlah keadaan para malaikat dan Nabi ‘Īsā ‘alayhissalām.

✓Mereka adalah makhluk yang taat beribadah kepada Allāh.

✓Senang apabila manusia menyembah hanya kepada Allāh.

✓Dan mereka tidak pernah menyuruh manusia menyembah diri mereka.

Demikian pula orang-orang yang shalih dan wali-wali Allāh, manusialah yang terlalu berlebih-lebihan terhadap mereka;

• Membuat patung mereka.

• Memajang gambar mereka.

• Membangun dan menghias kuburan mereka.

• Meyakini bahwasanya mereka mengetahui yang ghāib.

• Berdo’a kepada mereka.

• Bepergian jauh untuk berziarah ke makam mereka.

• Beri’tikaf di kuburan mereka.

• Menyerahkan sebagian ibadah kepada mereka.

• Membangun masjid di atas kuburan mereka atau memasukkan kuburan mereka di dalam masjid.

• Bertawassul dengan do’a mereka setelah mereka meninggal dunia atau menganggap orang-orang shalih tersebut bisa mendekatkan diri mereka kepada Allāh.

Ini semua termasuk berlebihan.

Jangan sampai keadaan seseorang seperti keadaan:

⑴ Kaum Nabi Nūh ‘alayhissalām yang berlebihan terhadap 5 orang shalih yang disebutkan dalam surat Nūh ayat yang ke-23.

Atau keadaan,

⑵ Sebagian orang yang mengaku mencintai ‘Ali bin Abī Thālib, Fāthimah, Hasan, Husain dan sebagian keturunan Beliau radhiyallāhu ‘anhum kemudian berlebih-lebihan terhadap mereka.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

‘Abdullāh Roy
Di kota Al Madīnah

HSI 05 – Kajian 55 – dikumpulkan orang kafir ke neraka

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Halaqah yang ke-55 dari Silsilah ‘Ilmiyah Beriman kepada hari akhir adalah tentang “Dikumpulkannya Orang-orang Kafir Ke Dalam Neraka”.

Setelah hisab di Padang Mahsyar selesai, maka mulailah dipisah antara penduduk Surga dan penduduk Neraka secara bertahap.

■ HADITS 1

Al Imam Bukhāri dan Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya:

Dari Abu Said Al Khudriy Radhiyallāhu ‘anhu dari Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

“Bahwasanya kelak di hari kiamat akan ada yang memanggil dan memerintahkan setiap umat untuk mengikuti Tuhan yang dia sembah di dunia.

Maka tidaklah ada manusia yang menyembah selain Allāh (seperti patung dan batu), kecuali dia akan berjatuhan ke dalam neraka.

Sehingga tidak tersisa kecuali orang-orang yang beriman, baik yang shalih maupun yang fasik, dan sebagian kecil atau sisa Ahlul Kitab yaitu orang Yahudi dan Nashrani.

Dikatakan kepada orang Yahudi: ‘Apakah yang kalian sembah?’

Mereka berkata: ‘Kami dahulu menyembah Uzair, anak Allāh.’

Dikatakan kepada mereka: ‘Kalian telah berdusta. Allāh tidak memiliki istri dan anak. Lalu apakah yang kalian inginkan?’

Mereka berkata: ‘Kami haus, maka berilah kami air minum.’

⇒ Karena saat itu Allāh memperlihatkan kepada mereka Jahannam yang dari jauh seperti air.

Maka ditunjukkanlah Jahannam yang dari jauh seperti air tersebut dan dikatakan kepada mereka: ‘Apakah kalian tidak mau mendatanginya?’

Maka mereka pun dikumpulkan ke Jahannam dan berjatuhan di dalamnya.

Kemudian dikatakan kepada orang-orang Nasrani: ‘Apakah yang kalian sembah?’

Mereka berkata: ‘Kami dahulu menyembah ‘Īsā anak Allāh.’

Dikatakan kepada mereka: ‘Kalian telah berdusta, Allāh tidak memiliki istri dan anak. Lalu apakah yang kalian inginkan?’

Mereka berkata: ‘Kami haus, maka berilah kami air minum.’

Maka ditunjukkanlah Jahannam yang dari jauh seperti air dan dikatakan kepada mereka: ‘Apakah kalian tidak mendatanginya?’

Akhirnya mereka pun juga dikumpulkan ke Jahannam dan berjatuhan di dalamnya.”

■ HADITS 2

Dan di dalam hadits Abū Hurairah Radhiyallāhu ‘anhu yang juga dikeluarkan oleh Al Bukhāri dan Muslim disebutkan:
“Bahwasanya Allāh akan berkata kepada manusia:

‘Barang siapa yang menyembah sesuatu maka hendaklah mengikutinya.’

Maka penyembah matahari akan mengikuti matahari, penyembah bulan akan mengikuti bulan, penyembah thaghut akan mengikuti thaghut.

⇒ Dan thaghut adalah segala sesuatu yang disembah selain Allāh.

Kemudian tersisalah umat Islam dan bersama mereka orang-orang munafik.”

■ HADITS 3

Di dalam hadits Abdullāh Ibnu Mas’ūd Radhiyallāhu ‘anhu disebutkan bahwasanya:

“Orang-orang yang dahulu menyembah Nabi ‘Īsā ‘alayhissalām maka akan mengikuti syaithān Nabi ‘Īsā yang diserupakan dengan beliau.

Dan yang dahulu menyembah ‘Uzair, maka akan mengikuti syaithān ‘Uzair yang diserupakan dengan beliau.”

(Hadits Shahih riwayat Ath Thabrāni di dalam Al Mu’jamul Kabīr).

Demikianlah keadaan orang-orang yang menyembah kepada selain Allāh, baik orang-orang musyrikin maupun Ahlul Kitab, orang Yahudi dan Nasrani.

Mereka akan dipisahkan dari:

⑴ Orang-orang yang menyembah Allāh saja, yang mencakup orang-orang yang benar-benar menyembah Allāh.

⇒ Merekalah orang-orang yang beriman.

⑵ Maupun orang-orang yang pura-pura menyembah Allāh.

⇒ Dan merekalah orang-orang munafik.

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

‘Abdullāh Roy
Di kota Al Madīnah

✒Ditranskrip Oleh Tim Transkrip BiAS

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *